Bisnis Online

rekayasa jalan raya

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

DAFTAR KULIAH ITATS

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 08 Maret 2013

PROSPEK KERJA UNTUK LULUSAN TEKNIK SIPIL




Prospek pekerjaan untuk lululusan TEKNIK SIPIL

Pasti setiap orang yang akan membangun rumah.pasti memerlukan tenaga yang digunakan untuk merancang dan membangun  rumah itu...Setiap membangun rumah pasti diperlukan orang yang sudah ahli dalam bidang bangunan.it yang dinamakan PELAKSANA..Fungis pelaksana adalah untuk membangun rumah dan menghitung berapa biaya untuk rumah yang sedang dibangun...Setiap membangun rumah pasti juga ada pengawasnya..Perbedaan PELAKSANA DAN PENGAWAS terletak dalam penugassannya saja..Pelaksana di tugaskan oleh KONTRAKTOR.kalau PENGAWAS ditugaskan oleh Pemilik Bangunan...


Akhir-akhir ini banyak lowongan untuk seorang PELAKSANA/PENGWAS.Pasti permintaannya itu Lulusan S1...

Apakah kamu tau jurusan apa yang cocok untuk seorang pelaksana.jurusan itu adalah TEKNIK SIPIL.Karena TEKNIK SIPIL mengajarkan teknik mendesain rumah dan membangun rumah....

Akhir-akhir ini kan banyak orang yang beranggapan bahwa lulusan bangunan itu akan jadi tukang bangunan padahal jurusan bangunan itu kebanyakan alumninya sukses..

Jurusan lain pun Bekerja untuk jurusan teknik sipil

misalnya Ada CV yang mebuka kontraktor..pasti karyawannya ada jurusan lain..
contoh

Sekretaris(jurusan Ekonomi,akuntan,manajemen,dll.)
marketing(jurusan ekonomi ,akuntan,manjemen,pemasaran,public relation)
dan masih banyak lagi..

JANGAN TAKUT UNTUK KULIAH JURUSAN TEKNIK SIPIL

Prospek kerjaan
Drafter
pelaksana
pengawas
usaha kontraktor

pasti jurusan lain memerlukan jurusan TEKNIK SIPIL

CONTOH:
Dalam hal dokter membuka Praktek :pasti memerlukan tempat untuk kegiatan prakteknya.pasti membangunnya memerlukan pelaksana bangunan


Perusahaan Bangunan yang besar:

  1. PT WASKITA 
  2. PT WARINGIN MEGAH
  3. PT PAKUWON JATI
  4. PT WIJAYA KARYA

DAN MASIH BANYAK LAGI

HIDUP TEKNIK SIPIL

Rabu, 06 Maret 2013

AYO DAFTAR KULIAH DI ITATS





Mau kuliah tapi g ada waktu untuk kuliah pagi karena bekerja.Kuliah aja di ITATS..ITATS mengajak putra-putri bangsa untuk memajukan bangsa dan membangun bangsa dengan baik..ITATS  merupakan kampus satu2 ya kampus swastanya yang jurusannya bergerak di dalam bidang teknik loh....ITATS juga merupakan perguruan tinggi swasta yang berkompeten dalam halbidang teknik..jangan salah untuk memilih kampus yang akan anda masuki untuk menunjang masa depan anda...Masa depan ada di tangan anda....ITATS tidak hanya mempunyai mahasiswa yang berasal dari surabaya jawa timur aja tapi hampir seluruh pelosok negeri ini contohnya papua,maluku,sumatra dll..ITATS juga diminati oleh mahasiswa dari negara lain loh...jadi ITATS tidak perlu diragukan lagi kemampuannya dalam hal mencetak generasi teknikyang berkompeten... Kalau mau ngomong biaya pendidikan ITATS sangat terjangkau kog...kalau mau pengen tau website itats.ini websitenya : itats.ac.id .. ITATS juga dipercaya oleh calon mahasiswa yang bekerja sambil kuliah untuk menjadi tempat mencarai ilmu bagi mahasiswa yang bekerja..Alamat ITATS(INSTITUT TEKNOLOGI ADHITAMA SURABAYA ). Dosennya pun sebagian berasal dari ITS.Anda pasti tau kan ITS.ITS kan perguruan tinggi terkenal.jadi hampirsama dech pendidikannya. soalnya yang ngajar juga ada yang berasaldari ITS..ITATS juga mempunyaijurusan untukkuliah S2 loh.


ITATS mempunyai 16 jurusan S1 antara lain:
  1. TEKNIK INDUSTRI
  2. TEKNIK LINGKUNGAN
  3. TEKNIK ARSITEKTUR
  4. TEKNIK DESAIN PRODUK
  5. TEKNIK SISTEM INFORMASI
  6. TEKNIK SISTEM KOMPUTER 
  7. TEKNIK ELEKTRO
  8. TEKNIK GEOLOGI
  9. TEKNIK INDUSTRI
  10. TEKNIKINFORMATIKA
  11. TEKNIK KIMIA
  12. TEKNIK LINGKUNGAN
  13. TEKNIK MESIN
  14. TEKNIK PERKAPALAN
  15. TEKNIKPERTAMBANGAN
  16. TEKNIKSIPIL
Untuk jurusan S2 ITATS mempunyai 2 jurusan yaitu:
  1. TEKNIK LINGKUNGAN
  2. TEKNIK INDUSTRI


http://indonesiadikomputerku.blogspot.com/

SISTEM TRANSPORTASI MASSAL



II.4 Pemilihan Rute Jaringan Jalan
II.4.1 Umum
Dewasa ini jaringan jalan di kota besar di Indonesia mengalami permasalahan transportasi yang sangat kritis seperti kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh tingginya tingkat urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, kepemilikan kendaraan, serta berbaurnya peranan fungsi jalan arteri, kolektor, dan lokal sehingga jaringan jalan tidak dapat berfungsi secara efisien.
Pada sistem transportasi tersebut dapat dilihat bahwa kondisi keseimbangan dapat terjadi pada beberapa tingkat. Yang paling sederhana keseimbangan pada sistem jaringan jalan; setiap pelaku perjalanan berusaha mencari rute terbaik masing-masing yang meminimumkan biaya perjalanannya (misalnya waktu). Hasilnya, mereka akan mencoba mencari beberapa rute alternatif yang akhirnya berakhir pada suatu pola rute yang stabil setelah beberapa kali mencoba-coba.
Proses pengalokasian pergerakan tersebut menghasilkan suatu pola rute yang arus pergerakannya dapat dikatakan berada dalam keadaan seimbang jika setiap pelaku perjalanan tidak dapat lagi mencari rute yang lebih baik untuk mencapai zona tujuannya karena mereka telah bergerak pada rute terbaik yang telah tersedia. Kondisi ini disebut kondisi keseimbangan jaringan jalan.
Pada tahap pembebanan rute, beberapa prinsip digunakan untuk membebankan rute Asal Tujuan pada jaringan jalan yang akhirnya menghasilkan informasi arus lalulintas pada setiap ruas jalan,tetapi hal ini bukanlah satu-satunya informasi.
Arus lalu lintas pada suatu ruas jalan dalam suatu jaringan dapat diperkirakan sebagai hasil proses pengkombinasian informasi pemilihan rute, deskripsi sistem jaringan dan pemodelan pemilihan rute. Prosedur pemilihan rute bertujuan memodel perilaku pelaku pergerakan dalam memilih rute yang menurut mereka merupakan rute terbaiknya. Dengan kata lain, dalam proses pemilihan rute, pergerakan antara dua zona (yang didapat dari sebaran pergerakan) untuk moda tertentu (yang didapat dari pemilihan moda) dibebankan ke rute tertentu yang terdiri ruas jaringan tertentu.
Tujuan tahapan ini adalah mengalokasikan setiap pergerakan antarzona kepada berbagai rute yang paling sering digunakan oleh seseorang yang bergerak dari zona
asal ke zona tujuan. Keluaran tahapan ini adalah informasi arus lalu lintas pada setiap ruas jalan, termasuk jarak dan biaya (waktu) antar zonanya.
Dengan mengasumsikan setiap pengguna jalan memilih rute yang meminimumkan biaya perjalanannya (rute tercepat jika dia lebih mementingkan waktu dibandingkan dengan jarak dan biaya), maka adanya pengguna ruas yang lain mungkin disebabkan oleh perbedaan persepsi pribadi tentang biaya atau mungkin juga disebabkan oleh perbedaan persepsi pribadi tentang keinginan menghindari kemacetan. Hal utama dalam proses pembebanan rute adalah memperkirakan asumsi pengguna jalan mengenai pilihan yang terbaik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan rute pada saat kita melakukan perjalanan. Beberapanya adalah waktu tempuh, jarak, biaya (bahan bakar dan lainnya), kemacetan dan antrian, jenis manuver yang dibutuhkan, jenis jalan raya (jalan tol, arteri), pemandangan, kelengkapan rambu lalu lintas dan marka jalan, serta kebiasaan.
Sangat sukar untuk menghasilkan persamaan biaya gabungan yang menggabungkan semua faktor tersebut. Selain itu, tidaklah praktis memodel semua faktor sehingga harus digunakan beberapa asumsi atau pendekatan. Salah satu pendekatan yang paling sering digunakan adalah mempertimbangkan dua faktor utama dalam pemilihan rute, yaitu pergerakan dan nilai waktu biaya pergerakan dianggap proporsional dengan jarak tempuh. Dalam beberapa model pemilihan rute dimungkinkan penggunaan bobot yang berbeda bagi faktor waktu tempuh dan faktor jarak tempuh untuk menggambarkan persepsi pengendara dalam kedua faktor tersebut. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa waktu tempuh mempunyai bobot lebih dominan daripada jarak tempuh bagi pergerakan dalam kota.
Model pemilihan rute dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor pertimbangan yang didasari pengamatan bahwa tidak setiap pengendara yang berasal dari zona asal ke zona tujuan akan memilih rute yang persis sama, khususnya di daerah perkotaan. Hal ini disebabkan oleh adanya:
a. Perbedaan persepsi pribadi tentang apa yang diartikan dengan biaya perjalanan karena adanya perbedaan kepentingan atau informasi yang tidak jelas dan tidak tepat mengenai kondisi lalu lintas pada saat itu.
b. Peningkatan biaya karena adanya kemacetan pada suatu ruas jalan yang menyebabkan kinerja beberapa rute lain menjadi lebih tinggi sehingga meningkatkan peluang untuk memilih rute tersebut.
Jadi tujuan penggunaan model pemilihan rute adalah untuk mendapatkan setepat mungkin rute yang didapat pada saat survei yang dilakukan untuk setiap ruas jalan dalam jaringan jalan tersebut. Analisis pemilihan rute tersebut terdiri dari beberapa bagian utama yaitu.
1. Alasan pemakai jalan memilih suatu rute dibandingkan dengan rute lainnya;
2. Pengembangan model yang menggabungkan sistem transportasi dengan alasan pemakai jalan memilih rute tertentu.
3. Kemungkinan pengendara berbeda persepsinya mengenai ‘rute terbaik’ beberapa pengendara mungkin mengasumsikan sebagai rute dengan jarak tempuh terpendek, rute dengan waktu tempuh tersingkat, atau mungkin juga kombinasi keduanya.
4. Kemacetan dan ciri fisik ruas jalan membatasi jumlah arus lalu-lintas di jalan tersebut.
Pada kasus lain, waktu tempuh dan jarak sesungguhnya dalam kejadian sehari-hari di lapangan sering dijumpai tidak selalu sebanding. Hal ini disebabkan oleh adanya jarak yang panjang tetapi waktu tempuhnya cepat, ada pula jarak yang pendek justru sebaliknya (waktu tempuhnya lama). Penyebabnya barangkali terletak pada kondisi ruas jalan atau rute yang dilewati seperti, ruas jalannya padat atau macet, atau ruas jalannya jelek (permukaannya berlubang-lubang, jalan tanah, kerikil, dan lain-lain).
Ada 2 kelompok variable yang berarti mempengaruhi pelaku perjalanan diambil dari penelitian (Fidel, 2002) yaitu:
1) Kelompok variable yang dapat diukur (kuantitatif)
1. Variable waktu tempuh (menit, jam, atau hari)
2. Variabel jarak (kilometer atau mil)
3. Variabel biaya (rupiah, seperti ongkos atau bahan bakar)
4. Kemacetan atau antrian (v/c ratio)
5. Banyak/jenis manuver yang akan dilewati (banyak persimpangan sebidang)
6. Panjang/jenis ruas jalan raya (arteri, biasa, atau toll).
7. Kelengkapan rambu-rambu lalu-lintas atau marka jalan (buah)
2) Kelompok variable yang tidak dapat diukur (kualitatif)Variabel pemandangan alam yang indah
1. Variabel aman dan nyaman
2. Variabel kebiasaan seseorang untuk melewati suatu rute tertentu.
3. Variabel perbedan persepsi tentang suatu rute tertentu (kelompok kualitatif)
4. Variabel informasi rute yang salah (kelompok kualitatif)
5. Variabel kesalahan/error lainnya (kelompok kualitatif)
Sebagai contoh, pertimbangkan sebuah kota ideal yang mempunyai satu ruas jalan yang tembus yang berkapasitas rendah (1000 kendaraan/jam) serta satu jalan pintas yang berkapasitas tinggi, seperti terlihat pada gambar dibawah. Jalan pintas mempunyai jarak lebih jauh tetapi memiliki kapasitas yang lebih tinggi (3000 kendaraan /jam).
Asumsikan pada jam sibuk pagi terdapat 3500 kendaraan mendekati kota dan setiap pengendara akan memilih rute terpendek (jalan tembus). Sangatlah kecil kemungkinan bahwa semua kendaraan melakukan hal tersebut karena kendaraan mulai memilih pilihan kedua yang mempunyai jarak lebih jauh untuk menghindari kemacetan dan tundaan.
Akhirnya tidak semua (3500) kendaraan memilih jalan tembus; sebagian besar akan memilih jalan pintas dengan alasan pemandangannya menarik, atau karena adanya jaminan tidak akan terjadinya kemacetan, meskipun jaraknya lebih jauh. Perbedaan dalam tujuan dan persepsi ini menghasilkan pola penyebaran kendaran pada setiap rute yang dalam hal ini disebut pemilihan rute.
Pada suatu saat akan terjadi kondisi stabil, yaitu tidak memungkinkan lagi seseorang memilih rute lain yang lebih baik karena kedua rute mempunyai biaya yang sama dan minimum. Kondisi ini dikenal dengan kondisi keseimbangan yang ditemukan oleh (Wardrop, 1952).
II.4.2 Faktor Penentu Utama Pemilihan Rute
Hal utama dalam proses pemilihan rute adalah memperkirakan asumsi pengguna jalan mengenai pilihannya yang terbaik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan rute pada saat kita melakukan perjalanan, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Waktu tempuh, waktu tempuh adalah waktu total perjalanan yang diperlukan, termasuk berhenti dan tundaan, dari suatu tempat ke tempat lain melalui rute tersebut. Salah satu metode pengamatan waktu tempuh dapat dilakukan dengan metode Pengamat Bergerak, yaitu pengamat mengemudikan kenderaan survei di dalam arus lalu lintas dan mencatat waktu tempuhnya.
b. Nilai waktu, nilai waktu adalah sejumlah uang yang disediakan seseorang untuk dikeluarkan (atau dihemat) untuk menghemat satu unit waktu perjalanan. Nilai waktu ini relatif dengan banyaknya pengeluaran konsumen.
c. Biaya perjalanan, biaya perjalanan dapat dinyatakan dalam bentuk uang, waktu tempuh, jarak atau kombinasi ketiganya yang diasa disebut biaya gabungan. Dalam hal ini diasumsikan bahwa total biaya perjalanan sepanjang rute tertentu adalah jumlah dari biaya setiap ruas jalan yang dilalui. Jadi, dengan mengetahui semua biaya dari setiap ruas jalan, dapat ditentukan (dengan algoritma tertentu) rute terbaik yang dapat dilalui pada jaringan jalan tersebut.
d. Biaya operasi kenderaan, perbaikan dan peningkatan mutu prasarana dan prasarana transportasi akan bertujuan mengurangi biaya operasional kenderaan. Biaya ini antara lain meliputi penggunaan bahan bakar, pelumas, biaya penggantian (misalnya, ban), biaya perawatan kenderaan, dan upah atau gaji supir.
II.4.3 Model Analisis Pemilihan Rute
Perbedaan dalam tujuan dan persepsi menghasilkan proses penyebaran kenderaan pada setiap rute, yang dalam hal ini disebut dengan proses stokastik (mempertimbangkan peranannya) dalam pemilihan rute. Metode analisis pemilihan rute yang dipakai dalam pembebanan lalu lintas sangat bergantung pada salah satu bagian analisis. Tapi sebaliknya, jika unsur stokastik dihilangkan, maka perhitungan kapasitas jalan (V/C) rasio sangat diperlukan (Ofyar, 2000). Dua unsur yang ekstrim dan kontroversial ini mengakibatkan adanya 4 (empat) metode dalam analisis pemilihan rute.

DRAINASE PERKOTAAN


PRINSIP-PRINSIP DASAR SISTEM DRAINASE PERKOTAAN
1.
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Seiring dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang amat pesat di Indonesia, pada umumnya melampaui kemampuan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan diantaranya permasalahan drainase perkotaan. Akibatnya Permasalahan banjir / genangan semakin meningkat pula. Pada umumnya penanganan sistem drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas. Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, mengacu pada SIDLACOM dimulai dari tahap Survey, Investigasi perencanaan, pembebasan lahan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta ditunjang dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat. Peningkatan pemahaman mengenai sistem drainase kepada pihak yang terlibat baik pelaksana maupun masyarakat perlu dilakukan secara berkesinambungan. Agar penanganan permasalahan sistem drainase dapat dilakukan secara terus menerus dengan sebaik-baiknya.
1.2.
MAKSUD DAN TUJUAN
a.
Maksud
Modul ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi perencana serta pelaksana dalam rangka penanganan sistem drainase perkotaan agar lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan masalah SIDLACOM tersebut diatas. Para pengelola sistem drainase perkotaan menjadi faham terhadap antara lain fungsi drainase, faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembangunan drainase.
b.
Tujuan
Tujuan modul prinsip-prinsip dasar Sistem Drainase Perkotaan ini adalah untuk mewujudkan penanganan sistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
1.3.
ISTILAH-ISTILAH
1.
Drainase ( Drainage)
Kata drainase sebagai kata benda adalah susunan atau sistem saluran untuk mengalirkan aliran permukaan akibat hujan.
2.
Urban Drainage
Urban = Perkotaan
Drainage = drainase
Urban Drainage = Drainase Perkotaan
3.
Sistim Drainase Perkotaan adalah prasarana yang terdiri dari kumpulan sistem saluran didalam kota yang berfungsi mengeringkan lahan perkotaan dari

banjir/genangan akibat hujan dengan cara mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air melalui sistem saluran-saluran tersebut.
4.
Drainase Berwawasan Lingkungan adalah pengelolaan drainase yang tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan.
Terdapat 2(dua) pola yang dipakai:
a.
Pola detensi (menampung air sementara), misalnya dengan membuat kolam penampungan.
b.
Pola retensi (meresapkan), antara lain dengan membuat sumur resapan, saluran resapan, bidang resapan atau kolam resapan.
5.
Sungai adalah alur di permukaan tanah tempat mengalirnya aliran permukaan yang mempunyai Daerah Alran Sungai DAS), yang mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke muara laut . Sungai mengalirkan sebagian air sebagai aliran dasar (best flow) dari kumpulan mata-air didalam DAS nya mulai dari daerah pegunungan sampai ke pantai (Laut).
6.
Drainase Perkotaan merupakan kumpulan sistem jaringan saluran drainase, situ-situ dan sumur-sumur resapan yang berada sepenuhnya didalam batas administrasi pemerintahan kota atau didalam batas ibu kota pemerintahan Kabupaten.
7.
Satuan Wilayah Sungai adalah hamparan permukaan bumi yang dialiri oleh sungai yang ditetapkan dengan peraturan.
8.
Sungai dan Saluran adalah alur tempat mengalirnya air dibidang permukaan tanah atau dibawah permukaan tanah.
a.
Sungai terjadi karena peristiwa alam dimana aliran air mengalir sesuai dengan morpologinya dan secara umum alirannya adalah aliran UNSTEADY FLOW (aliran yang tidak tetap).
b.
Sedangkan saluran adalah alur tempat aliran air yang sengaja dibuat oleh manusia, secara umum alirannya adalah aliran STEADY FLOW (aliran tetap).
9.
Sistem Drainase Perkotaan
a.
Ditinjau dari Satuan Wilayah Sungai adalah kumpulan anak-anak sungai yang berada didalam Satuan Wilayah Sungai yang tergolong micro pada orde sungai tingkat 2 atau 3 yang sepenuhnya berada didalam batas administratif Perkotaan.
b.
Ditinjau secara Administratif Perkotaan dalah kumpulan Jaringan anak-anak sungai dan saluran pada masing-masing Daerah Alirannya dimana penangannya menjadi kewenangan pemerintahan Kabupaten atau pemerintahan kota sekalipun sebagai ibukota Propinsi.
10.
Pengendalian banjir ( Flood Control )
a.
Untuk areal urban adalah upaya untuk mengendalikan aliran banjir pada sungai yang melintasi kota agar muka air banjir tidak melampau tanggul kanan dan tanggul kirinya (Over Toping) yang akan menyebabkan banjir/genangan didalam kota.

b.
Untuk Daerah Aliran Sungai adalah upaya untuk menghindari terjadinya banjir pada lahan-lahan produktif.
11.
Badan penerima air dapat berupa Sungai, Danau, Rawa dan Laut yang menerima aliran dari sistem drainase perkotaan.
2.
SISTEM DRAINASE PERKOTAAN
2.1.
FUNGSI DRAINASE PERKOTAAN
a.
Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan infrastruktur kota dan harta benda milik masyarakat.
b.
Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar tidak membanjiri/ menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda masyarakat juga infrastruktur perkotaan.
c.
Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.
d.
Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.
2.2.
KEWENANGAN PENGELOLAAN DAN FUNGSI PELAYANAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN
Berdasarkan pembagian kewenangan pengelolaan dan fungsi pelayanan untuk sistem drainase perkotaan menggunakan istilah sebagai berikut :
2.2.1.
Sistem Drainase Lokal (minor urban drainage)
Sistem drainase lokal ( Minor ) adalah suatu jaringan sistem drainase yang melayani suatu kawasan kota tertentu seperti kompleks permukiman, daerah komersial, perkantoran dan kawasan industri, pasar dan kawasan parawisata. Sistem ini melayani area sekitar kurang lebih 10 Ha. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggungjawab masyarakat, pengembang atau instansi pada kawasan masing-masing. ( lihat gambar 2.1 dan 2.2 )
2.2.2.
Sistem Drainase Utama ( Major Urban Drainage )
Sistem Jaringan Utama ( Major Urban Draiange ) adalah sistem jaringan drinase yang secara struktur terdiri dari saluran primer yang menampung aliran dari saluran – saluran sekunder. Saluran sekunder menampung aliran dari saluran-saluran tersier. Saluran tersier menampung aliran dari Daerah Alrannya masing-masing. Jaringan Drainase Lokal dapat langsung mengalirkan alirannya ke saluran Primer, sekunder maupun tersier. ( lihat gambar 2.1 dan 2.2 )
2.2.3.
Pengendalian Banjir (flood control)
Pengendalian Banjir adalah upaya mengendalikan aliran permukaan dalam sungai maupun dalam badan air yang lainnya agar tidak maluap serta limpas atau menggenagi daerah perkotaan. Pengendalian banjir merupakan tanggung jawab

pemerintah Propinsi atau Pemerintah Pusat. Konstruksi / Bangunan air pada sistem Flood Control antara lain berupa :
-Tanggul
- Bangunan Bagi
- Pintu Air
- Saluran Flood Way
Berdasarkan fisiknya, sistem drainase terdiri atas saluran primer, sekunder, tersier dst.
2.2.4.
Sistem Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang menerima masukan aliran dari saluran-saluran sekunder. Saluran primer relatif besar sebab letak saluran paling hilir. Aliran dari saluran primer langsung dialirkan ke badan air.
2.2.5.
Sistem Saluran Sekunder
Saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran-saluran tersier dan meneruskan aliran ke saluran primer.
2.2.6.
Sistem Saluran Tersier
Saluran drainase yang menerima aliran air langsung dari saluran-saluran pembuangan rumah-rumah. Umumnya saluran tersier ini adalah saluran kiri kanan jalan perumahan. Lihat gambar 2.1. Lay out dari drainase perkotaan dan gambar 2.2. Skematik dari minor dan mayor drainase perkotaan
Untuk Kota-kota air seperti Palembang, Banjarmasin dan Pontianak agak sulit menentukan dan membedakan mana sungai dan saluran drainase. Sebab aliran yang dipengaruhi pasang laut yang tinggi terkadang berputar arah alirannya.

 3.
PROSES TERJADINYA BANJIR DI PERKOTAAN
3.1. Proses Terjadinya Banjir .
Secara umum proses terjadinya banjir diakibatkan oleh faktor kondisi alam dan ulah manusia sebagai berikut :
6
3.1.1.
Faktor Alam.
A.
Kondisi alam (statis)
1. Geografi
● Apabila Kota dibangun di Daerah Pegunungan akan menyebabkan lahan resapan air akan tertutup oleh bangunan dan infrastruktur kota dan akan meningkatan debit banjir yang akan mengancam kota yang ada di bagian hilir.
● Apabila kota dibangun di tepi pantai pengaruh pasang laut akan menyebabkan sebagian aliran tidak dapat mengalir secara gravitasi, dan akan dapat menyebabkan genangan. Aliran air dalam sungai akan mengalami kenaikan akibat back water curve yang dapat menyebabkan over toping dan dapat menyebabkan banjir didalam kota.
2. Topographi
Kondisi topographi yang bergelombang, maka untuk kota yang berada pada bagian yang rendah akan rawan terkena bajir dan genangan.
3. Geometri Alur Sungai
● Kemiringan dasar sungai yang terlalu besar akan menimbulkan gerusan dasar sungai. Hal semacam ini akan menyebab konsentrasi sedimentasi pada bagian hilir yang datar dapat menyebabkan saluran / sungai cepat menjadi dangkal.
● Meandering umumnya terjadi pada alur sungai yang disebut dalam morphologi sungai sebagai sungai tua, dimana kemiringan alur sungai sudah berkurang. Sedimentasi akan mengendap pada bagian yang kecepatan alirannya menurun. Endapan sedimentasi tersebut dapat membelokkan arah aliran ke kanan atau kekiri sehingga sungai menjadi berkelok – kelok. Penampang sungai yang tergerus dan terendapi akan bergantian, apabila
B.
Kondisi alam (dinamis)
1. Curah Hujan dengan intensitasnya yang tinggi merupakan faktor penyebab terjadinya banjir dan genangan.
2. Tingginya pasang surut laut merupakan faktor penyebab banjir untuk kota dipantai
C. Kegiatan Manusia (dinamis)
1.
Penyimpangan RUTR pada bantaran banjir yang tidak sesuai dengan peruntukan dan di Daerah Aliran Sungai
2.
Permukiman di bantaran sungai dan di atas saluran drainase
3.
Pengambilan air tanah yang berlebihan yang menyebabkan terjadinya penurunan lahan.
7
4.
Pembuangan sampah oleh masyarakat kedalam saluran drainase
5.
Bangunan persilangan yang tidak terencana dengan baik seperti adanya pipa PDAM, pipa Tilpun dan Listrik yang melintang di penampang basah saluran.
6.
Pemeliharaan rutin yang terabaikan menyebabkan saluran cepat menjadi dangkal.
4.
SISTEM DRAINASE PERKOTAAN
4.1. KRONOLOGIS PENANGANAN DRAINASE
Pada masa Repelita I-II (1696 – 1979) dibentuk Direktorat Teknik Penyehatan di Departemen PU, pada masa itu penanganan drainase banyak difokuskan ke bantuan teknis ke Pemerintah Daerah antara lain penyiapan Outline Plan dan Detail Desain Drainase. Bentuk bantuan fisik difokuskan ke rehabilitasi saluran yang sifatnya darurat.
Pada Repelita III-IV mulai dilakukan penanganan drainase yang cukup komprehensif melalui program-program P3KT, sehingga dihasilkan keterpaduan program dengan sektor-sektor lain terutama jalan kota, air limbah dan persampahan.
Pada masa Repelita VI (1994 – 1998) terjadi krisis moneter yang menekan keuangan pemerintah sehingga kondisi fisik prasarana dan sarana drainase sangat memprihatinkan, terutama sekali kurangnya perhatian terhadap pemeliharaan rutin berkala.
4.2. PARADIGMA PENANGANAN DRAINASE
Sampai dengan saat ini masih banyak kasta-kasta yang menangani drainase dengan paradigma lama yaitu mengalirkan limpasan air permukaan ke badan air penerima (sungai, waduk, danau dan laut) terdekat secepatnya.
Seiring dengan makin langkanya air baku yang dibutuhkan untuk air minum, paradigma baru penanganan drainase adalah mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air baku dan kehidupan akuatik dengan meresapkan air permukaan tersebut ke dalam tanah (konservasi air).
4.3. KINERJA PENANGANAN DRAINASE
Hingga saat ini, penanganan drainase menunjukkan kinerja yang masih rendah dibandingkan dengan kedua sub program PLP lainnya (persampahan dan air limbah). Secara keseluruhan kinerja penanganan drainase selama Pelita VI, dari sasaran sebanyak 89.485 Ha hanya tercapai 43.016 Ha atau 49% dari luas genangan. Saat ini, hanya 43% dari rumah tangga yang mempunyai akses ke saluran drainase, sisanya 57% tidak mempunyai saluran drainase, atau sistem drainase yang ada dalam keadaan tergenang atau alirannya lambat dengan kapasitas aliran yang kurang memadai. Masalah sampah dan kurangnya pemeliharaan saluran juga memperparah keadaan yang ada serta mempercepat kerusakan saluran.
Evaluasi ekonomi yang diperlukan Asian Development Bank (ADB) di Indonesia tahun 1999 memperkirakan bahwa biaya sosial yang harus ditanggung dari kondisi
8
kesehatan lingkungan yang buruk di Indonesia melebihi 2,4% dari GDP per tahun. Kerugian ini hampir sama dengan Rp 120.000 biaya yang ditanggung oleh setiap KK per bulan untuk semua rumah tangga di Indonesia. Kesehatan lingkungan yang buruk menyebabkan biaya ekonomi yang lebih tinggi melalui perawatan kesehatan dan/atau kehilangan produktivitas kerja. Dampak sosial lain yang ditimbulkan adalah tingginya angka kematian bayi dan pengaruh kehidupan keluarga karena hambatan kegiatan pendidikan.
5.
ISU STRATEGIS, TANTANGAN, KENDALA DAN PELUANG
5.1. ISU STRATEGIS
Belum Adanya Ketegasan Fungsi Sistem Drainase
Sampai dengan saat ini belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan kelebihan air permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi sebagai saluran air limbah permukiman (“grey water”).
Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola sampah dan masyarakat.
Pengaturan Fungsi Lahan Basah
Belum adanya produk pengaturan yang mengatur pembangunan di areal lahan basah (“wet land”) misalnya bebas rawa, situ-situ, embung dan lain-lain. Seharusnya di atur apabila akan mengembangkan daerah-daerah tersebut, harus digantikan di daerah tangkapan air yang sama, sehingga tidak menambah aliran permukaan (“run off”).
Pengendalian Debit Puncak
Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk menyiapkan penampungan air sementara untuk menghindari aliran puncak. Penampungan-penampungan tersebut dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam-kolam retensi di atap-atap gedung, didasar-dasar bangunan, waduk, lapangan, yang selanjutnya di atas untuk dialirkan secara bertahap.
Kelengkapan Perangkat Peraturan
Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainase permukiman di daerah adalah:
􀂃
Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti pencegahan pengambilan air tanah secara besar-besaran, pembuangan sampah di saluran, pelarangan pengurugan lahan basah dan penggunaan daerah resapan air, termasuk sanksi yang diterapkan.
􀂃
Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur, kedalaman, posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing.
􀂃
Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat dan swasta dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya. 9
􀂃
Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang dibutuhkan dalam penanganan drainase harus di rumuskan dalam peraturan daerah.
Penanganan Drainase Belum Terpadu
Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu, terutama masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir terbatasnya masterplan drainase sehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yang berakibat pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannya saja.
5.2. TANTANGAN
Faktor pertambahan penduduk, terbatasnya keuangan Pemerintah, Swasta dan masyarakat, tuntutan kondisi lingkungan permukiman yang bersih dan sehat mengakibatkan kebutuhan akan pelayanan prasarana dan sarana drainase tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan.
Tantangan yang dihadapi antara lain:
􀂃
Mencegah penurunan kualitas lingkungan permukiman di perkotaan yang bertumpu pada peran aktif dan swadaya masyarakat di upayakan peran aktif seluruh pelaku pembangunan.
􀂃
Optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun
􀂃
Peningkatan dan pengembangan sistem yang ada, pembangunan baru secara efektif dan efisien yang menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah.
􀂃
Pemerataan pembangunan sub.bidang drainase dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional dan daerah setempat.
􀂃
Menunjang terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat serta meningkatkan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.
5.3. KENDALA
Kendala yang harus dihadapi sesudah era krisis ekonomi tahun 1998 sampai dengan saat ini pada sub. Bidang drainase antara lain:
􀂃
Krisis ekonomi nasional berdampak kondisi keuangan pemerintah, swasta dan masyarakat sangat menurun.
􀂃
Lemahnya institusi pengelola prasarana dan sarana drainase terutama dalam penyusunan program yang aplikable.
􀂃
Perhatian terhadap operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainase sangat penting.
􀂃
Masih terbatasnya kemampuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, kesadaran akan lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
Dari uraian di atas dapat diduga, bahwa perhatian masyarakat akan lebih terfokus pada kebutuhan pangan terlebih dulu dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Hal ini akan berakibat terjadinya penurunan kualitas lingkungan dan potensial akan menimbulkan wabah penyakit. Untuk itu peran aktif pemerintah dalam pembangunan
10
sub bidang drainase sangat diperlukan agar tidak memperparah krisi ekonomi dengan timbulnya wabah penyakit.
5.4. PELUANG
􀂃
Peluang utama yang dapat dipakai adalah hasil-hasil pebangunan yang telah dicapai sampai akhir Pelita VI.
􀂃
Meningkatnya peluang penggunaan materaial lokal dan teknologi tepat guna
􀂃
Krisis moneter mengakibatkan masyarakat bawah tak dapat bertahan di kota-kota besar, sehingga mengurangi beban pelayanan drainase.
􀂃
Desentralisasi dan otonomi daerah memberikan peluang percepatan pembangunan drainase, menurunnya biaya pembangunan akibat proses birokrasi yang relatif lebih pendek.
6. UPAYA PENANGANAN MASALAH
Upaya untuk mengatasi masalah-masalah drainase seperti tersebut diatas, adalah dengan upaya menangkal penyebab banjir yang ada seperti tersebut diatas dan pada prinsipnya dapat dibagi menjadi dua hal utama, yaitu:
6.1. Menerapkan Teknis Hidraulik Yang Benar
Penerapan aspek hidraulik ini merupakan upaya untuk menangani masalah drainase yang diakibatkan karena keadaan alam yang ada. Penerapan teknik hidraulik dimaksud antara lain meliputi :
1.
Kegiatan perencanaan agar selalu berpedoman pada kriteria hidrologi, kriteria hidraulika dan kriteria struktur yang ada.
2.
Kegiatan pelaksanaan pembangunan, agar selalu berpedoman pada peraturan-peraturan pelaksanaan, spesifikasi administrasi, spesifikasi teknik dan gambar-gambar perencanaan yang ada.
3.
Kegiatan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan agar selalu berpedoman pada criteria sistim drainase perkotaan dan peraturan-peraturan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan yang ada.
6.2. Pembenahan Aspek Non Struktural
Pembenahan aspek non struktural ini merupakan upaya penanganan pada permasalahan-permasalahan yang diakibatkan oleh tingkah laku manusia dalam pembangunan sistim drainase perkotaan. Pembenahan aspek dimaksud diantaranya meliputi:
1.
Pemantapan perundangan dengan persampahan, perumahan, peil banjir, masterplan drainase, dan lain-lain.
2.
Pemantapan organisasi pengelola yang ada, secara berkesinambungan.
3.
Penyediaan dana yang mencukupi, baik untuk pembangunan maupun untuk biaya operasi dan pemeliharaan.
11
4.
Peningkatan peranserta masyarakat dan peranserta swasta dalam penanganan drainase perkotaan,
5.
Dan lain-lain
7. PENUTUP
Sebagai penutup uraian tentang pengetahuan dasar tentang drainase perkotaan dan permasalahannya ini, maka perlu ditekankan bahwa permasalahan-permasalahan drainase yang diuraikan di atas akan sangat menentukan keberhasilan dalam penanganan drainase perkotaan
Tekad untuk menangani permasalahan drainase tersebut di atas haruslah dilandasi oleh indikasi bahwa tingkat kebutuhan drainase perkotaan sudah sangat tinggi terutama pada kota-kota yang pesat perkembangannya, sehingga pada musim hujan tidak terjadi musibah banjir yang menimbulkan kerugian moril dan materil yang sangat besar dan tidak menimbulkan putusnya hubungan lalu lintas yang dengan sendirinya mengancam perputaran roda perekonomian kota tersebut.

iklan 3

iklan2

iklan

PROFIL JURUSAN ITATS

Jurusan Teknik Sipil

Visi
   Menjdai jurusan yang unggul dalam menghasilkan lulusan yang mampu berkompetensi dalam persaingan global.
Misi

  1. Menyelenggaakan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang profesional dan berjiwa kewirausahaan serta dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi
  2. menghasilkan lulusan teknik sipil yang berkualitas dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berwawasan lingkungan
Kompetensi Utama
  1. kemampuan menguasai peraturan terkait pelaksanaan pekerjaan konstruksi
  2. kemamuan melakukan eksperimen mengumpulkan ,menganalisis dan menginterpretasi data
  3. Kemampuan mengaplikasikan ilmu dasar teknik sipil untuk merancang mewujudkan dan mengola struktur yang berorientasi pada permasalahan aktual.
  4. Memiliki kepekaan terhadap permaslahan teknik sipil dan mampu mengembangkan perangkat perekkayasaan dan teknologi 
  5. kemampuan membuat deain bidang teknik sipil dengan batasan ekonomoi,sosial,politik dan budaya
Kompetensi Pendukung 
  1. Mewujudkan tanggung jawab dan kepedulian profesi ahli teknik sipil kepada bangsa,negara dan komunitas nasional dan mematuhi kode etik.
  2. Kemampuan Berkomunikasi dalam bahasa indonesia seara baik dan benar serta berkomunikasi secara efektif.
TUJUAN 
  1. Melaksanakan proses pendidikan dalam suasana atmosfer akademik  yang kondusif sehingga menghasilka lulusan sarjana teknik yang menguasai  konsep bidang teknik sipil dan memiliki integritas kepribadian dan kompetensi profesional. Selain itu lulusan mampu mengembangkan diri dalam perkembangan ilmu dan teknologi secara intelektual ,sosial,serta kultural.

Profil lulusann 
  • Wirausahawan
  • Tenaga Ahli Konstruksi  Independen
  • Kontraktor
  • Pngembang
  • Konsultan Perencana profesional
  • Konsultan pengwas profesional
  • birokrat(Dep.Pekerjaan Umum dan BUMN)



JURUSAN TEKNIK MESIN


VISI
Menjadi Jurusan yang terpercaya dalam menyelenggarakan penddikan dan Pelatihan di bidang teknik Mesin serta menghasilkan lulusan yang memiliki integritas moral tinggi dan Profesional di bidangnya serta berwawasan global.

Misi
  1. Mengoptimalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
  2. Menjunjung tinggi nilai kejujuran dalam pelaksanaan pendidikan
  3. Melaksanakan sistem jaminan mutu penyelenggaraan pendidikan
  4. meningkatkan citra dan sumber daya manusia secara berkelanjutan
  5. mengembangkan inovasi mahasiswa
KOMPETENSI
Lulusan Teknik Mesin mampu 
  1. Mengembangkan diri secara berkelanjutan
  2. berkomunikasi dan kerja tim ang baik
  3. mengikuti isuisu kontemporer
  4. menganalisa secara umum terhadap permasalahan baik pada bidang proses dan manajemen produksi,konversi energi ,otomotif,material metalurgi dan desain.

PROFIL LULUSAN
  1. KONSULTAN PROFESIONAL
  2. MANAJER
  3. PENELITI
  4. WIRAUSAHAAN


MATA KULIAH TEKNIK SIPIL ITATS




ini refrensi Mata kuliah yang akan dipelajari pada waku kuliah Teknik sipil di ITATS


Semester 1


  1. Pendidikan Agama 
  2. Pendidikan Kewarnegaraan
  3. Kalkulus 1
  4. Fisika 1
  5. Praktikum Fisika 
  6. Menggambar Teknik
  7. Mekanika Rekayasa 
  8. Ilmu Ukur Tanah
Semester 2

  1. Bahasa Inggris
  2. Metode Penulisan Ilmiah
  3. Kalkulus 2
  4. Statistik & Probabilitas
  5. Mekanika Bahan
  6. Geologi Teknik
  7. Struktur Bangunan
  8. Konsep Teknologi
Semester 3

  1. Metode Numerik 1
  2. Struktur Baja
  3. Hidrologi
  4. Hidrolika
  5. Program Komputer
  6. Teknologi Beton
  7. Mekanika Rekayasa 2
  8. Mekanika Tanah
  9. Praktikum Perpetaan
  10. Desain Struktur Bangunan
Semester 4

  1. STRUKTUR Baja 2
  2. Rekayasa Jalan Raya
  3. Praktikum Hidrolika
  4. Struktur Beton 1
  5. Mekanika Rekayasa 3
  6. Mekanika Tanah 2
  7. Pengetahuan Lingkungan
  8. Pengembangan Sumber Daya Air
  9. Drainasi Perkotaan
  10. Praktikum mekanika TANAH 1
Semester 5

  1. Rekayasa Lalu Lintas 1
  2. Prasarana Transportasi
  3. Teknik Perkerasan Jalan
  4. Manajemen Konstruksi
  5. Rekayasa Pondasi 1
  6. Teknologi Gempa
  7. Mekanika rekayasa 4
  8. Bangunan Air
  9. Praktikum Teknologi Beton
  10. Penyelidikan Tanah di Lap & Lab
  11. Desain Bangunan Baja
Semester 6

  1. Struktur Jembatan
  2. Struktur Kayu
  3. Struktur Beton Pratekan
  4. Sistem Transportasi
  5. Rekayasa Pondasi 2
  6. Struktur Beton2
  7. Manajemen Alat Berat
  8. Praktikum Bahan Jalan
  9. Desain Bangunan air(Prasyarat Skripsi )
Semester 7

  1. Teknik Pengendalian Proyek
  2. Transportasi Massal
  3. Pelabuhan
  4. Metode Perbaikan Tanah
  5. Desain Bangunan Baja
  6. Desain Bangunan Beton
  7. Kerja Praktek
  8. Kuliah Kerja Nyata
  9. Desain Estimasi Biaya & Jadwal (Prasyarat Skripsi )
  10. Desain Struktur Jembatan(Prasyarat Skripsi )
  11. Desain Jalan Raya(Prasyarat Skripsi )
Semester 8
  1. Rekayasa Lalu Lintas 2
  2. Ekonomi Teknik
  3. Seminar
  4. Skripsi
  5. Kewirausahaan

KULIAH DI ITATS



Mau kuliah TEKNIK SIPIL tidak usah bingung-bingung gan..apalagi bagi orang yang suda bekerja dan ingin kuliah tapi tidak bisa kuliah pagi..ada kok kampus yang bisa kuliah malam.....Kuliah aja di Teknik Sipil ITATS.Maju bersama membangun bangsa denga teknik sipil itats.Kampus yang terletak di jalan Arief Rahman Hakim..Sudah dipercaya oleh kalangan perusahaan.buktinya Mahasiswa yang sedang kuliah di Teknik Sipil ITATS berasal dari Perusahaan besar..Jangan Ragu Untuk kuliah Teknik Sipil di ITATS.Teknik sipil juga mempelajari mata kuliah yang di ajarkan contohnya mata kuliah gambar kan mata kuliah gambar bangunan itu milik jurusan Arsitektur.mempelajari geologi teknik padahal geologi teknik itu mata kuliah jurusan geologi .Dosennya pun kebanyakan dari ITS..

TEKNIK SIPIL merupakan  salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang bagaimana merancang, membangun, merenovasi tidak hanya gedung dan infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup manusia.


  • Struktural: Cabang yang mempelajari masalah struktural dari materi yang digunakan untuk pembangunan. Sebuah bentuk bangunan mungkin dibuat dari beberapa pilihan jenis material seperti baja, beton, kayu, kaca atau bahan lainnya. Setiap bahan tersebut mempunyai karakteristik masing-masing. Ilmu bidang struktural mempelajari sifat-sifat material itu sehingga pada akhirnya dapat dipilih material mana yang cocok untuk jenis bangunan tersebut. Dalam bidang ini dipelajari lebih mendalam hal yang berkaitan dengan perencanaan struktur bangunanjalanjembatanterowongan dari pembangunan pondasi hingga bangunan siap digunakan.
  • Geoteknik: Cabang yang mempelajari struktur dan sifat berbagai macam tanah dalam menopang suatu bangunan yang akan berdiri di atasnya. Cakupannya dapat berupa investigasi lapangan yang merupakan penyelidikan keadaan-keadaan tanah suatu daerah dan diperkuat dengan penyelidikan laboratorium.
  • Manajemen Konstruksi: Cabang yang mempelajari masalah dalam proyek konstruksi yang berkaitan dengan ekonomi, penjadwalan pekerjaan, pengembalian modal, biaya proyek, semua hal yang berkaitan dengan hukum dan perizinan bangunan hingga pengorganisasian pekerjaan di lapangan sehingga diharapkan bangunan tersebut selesai tepat waktu.
  • Hidrologi: Cabang yang mempelajari air, distribusi, pengendalian dan permasalahannya. Mencakup bidang ini antara lain cabang ilmu hidrologi air (berkenaan dengan cuaca, curah hujan, debit air sebuah sungai dsb), hidrolika (sifat material air, tekanan air, gaya dorong air dsb) dan bangunan air seperti pelabuhanirigasiwaduk/bendungan(dam),kanal.
  • Teknik Lingkungan: Cabang yang mempelajari permasalahan-permasalahan dan isu lingkungan. Mencakup bidang ini antara lain penyediaan sarana dan prasarana air besih, pengelolaan limbah dan air kotor, pencemaran sungai, polusi suara dan udara hingga teknik penyehatan.
  • Transportasi: Cabang yang mempelajari mengenai sistem transportasi dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Mencakup bidang ini antara lain konstruksi dan pengaturanjalan raya, konstruksi bandar udaraterminalstasiun dan manajemennya.
  • Informatika Teknik Sipil: Cabang baru yang mempelajari penerapan Komputer untuk perhitungan/pemodelan sebuah sistem dalam proyek Pembangunan atau Penelitian. Mencakup bidang ini antara lain dicontohkan berupa pemodelan Struktur Bangunan (Struktural dari Materi atau CAD), pemodelan pergerakan air tanah atau limbah, pemodelan lingkungan dengan Teknologi GIS (Geographic information system).
Keluasan cabang dari teknik sipil ini membuatnya sangat fleksibel di dalam dunia kerja. Profesi yang didapat dari seorang ahli bidang ini antara lain: perancangan/pelaksana pembangunan/pemeliharaan prasarana jalan, jembatan, terowongan, gedung, bandar udara, lalu lintas (darat, laut, udara), sistem jaringan kanal, drainase, irigasi, perumahan, gedung, minimalisasi kerugian gempa, perlindungan lingkungan, penyediaan air bersih, survey lahan, konsep finansial dari proyek, manajemen projek dsb. Semua aspek kehidupan tercangkup dalam muatan ilmu teknik sipil.
Perbedaan dari arsitek, terletak pada posisi ahli teknik sipil dalam sebuah proyek. Arsitek menyumbangkan rancangan, ide, kemungkinan pelaksanaan pembangunan di atas kertas. Hasil rancangan tersebut diserahkan selanjutnya kepada staf ahli bidang teknik sipil untuk pelaksanaan pembangunan. Tahapan ini, ahli teknik sipil melakukan perbaikan/saran dari pelaksanaan perencanaan, koordinasi dalam proyek, mengamati jalannya proyek agar sesuai dengan perencanaan. Selain itu, ahli teknik sipil juga membangun konsep finansial dan manajemen proyek atas hal-hal yang memengaruhi jalannya proyek.
Ahli teknik sipil tidak hanya berurusan dengan pembangunan sebuah proyek bangunan, tetapi di bidang lain seperti yang berkaitan dengan informatika, memungkinkan untuk memodelisasi sebuah bentuk dengan bantuan program CAD, pemodelan kerusakan akibat gempa, banjir. Hal ini sangat penting di negara maju sebagai tolak ukur kelayakan pembangunan sebuah bangunan vital yang mempunyai risiko dapat menelan korban banyak manusia seperti reaktor nuklir atau bendungan, jika terjadi kegagalan perencanaan teknis. Rancangan bangunan tersebut biasanya dimodelkan dalam komputer dengan diberikan faktor-faktor ancaman bangunan tersebut seperti gempa dan keruntuhan struktur material. Peran ahli teknik sipil juga masih berlaku walaupun fase pembangunan sebuah gedung telah selesai, seperti terletak pada pemeliharaan fasilitas gedung tersebut.


Maju bersama ITATS






Selasa, 05 Maret 2013

STRUKTUR BANGUNAN SIPIL



STRUKTUR BANGUNAN SIPIL



Perkuliahaan (tatap muka) sipil (ketiga)
Pokok bahasan:
STRUKTUR BANGUNAN TEKNIK SIPIL
Sub. Pokok bahasan:
A. Jenis gambar pasangan batu bata
B. Pengertian kelompok bangunan teknik sipil
C. Gambar susunan pelapisan jalan
D. Kegiatan pra pondasi dan pondasi dangkal
· Sebagai kelanjutan dari pasangan batu bata, ada lagi jenis pasangan dinding
bata dengan macam – macam pasangan, yang penyusunan batanya
dikombinasikan dengan pilaster khusus untuk pasangan bata ½ batu.
Pengertian pilaster adalah pasangan kolom dengan satu bata, prinsipnya tentang
pasangan dinding bata tetap harus dipasang bertangga artinya siar tegaknya
harus terpasang zig – zag.
· Pengertian kelompok bangunan Teknik Sipil menurut Manajemen Konstruksi
adalah jenis bangunan yang mempunyai ciri – ciri;
- Proyek Konstruksi/ Infrastrukturnya dilaksanakan untuk mengendalikan alam
agar berguna untuk kepentingan manusia.
- Pekerjaan pembangunannya dilaksanakan pada lokasi yang luas atau
panjang dan kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu
proyek konstruksi.
Contoh: jalan, jembatan, dermaga, pelabuhan, jalan rel kereta api, dan lain –
lain.
Pasangan tembok ½ bata dengan pilaster
Dalam pelaksanaan pekerjaan pasangan tembok, tembok batu diberi pilaster.
Pilaster ini gunanya untuk memperkuat kedudukan tembok agar kuat mendukung
beban di atasnya. Pasangan pilaster pada umumnya dipasang ditempat – tempat
tertentu dengan ukuran sesuai kebutuhan, ada kalanya pilaster sebagai hiasan
(pemanis) ruangan belaka.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir.Drs.Bochari,MM
MENGGAMBAR REKAYASA
Cara memasang pilaster tetap mengacu pada ikatan pasangan yang berlaku
untuk tebal tembok yang telah ditentukan oleh ukuran pilaster tersebut, sedang
ikatan untuk tembok disebelahnya tetap digunakan seperti aturan terdahulu.
Untuk itu diberikan beberapa contoh pilaster pada pertemuan ½ batu.
Dengan penggambaran siar satu garis.
a. Tembok lurus ½ bata pakai pilaster dengan batas pasangan gigi bertangga.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir.Drs.Bochari,MM
MENGGAMBAR REKAYASA
b. Pertemuan tembok sudut, ikatan ½ batu pakai pilaster.
c. Pertemuan tembok ½ batu bentuk T pakai pilaster.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir.Drs.Bochari,MM
MENGGAMBAR REKAYASA
· Gambar susunan pelapisan jalan:
a. Konsturksi perkerasan lentur (Flexible Pavement)
Aspal – Surface
Batu pecah –
Base
Sirtu – Sub. Base
Tanah dasar – Sub.
Garde
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir.Drs.Bochari,MM
MENGGAMBAR REKAYASA
b. Konstruksi perkerasan kaku (Rigid Pavement)
Beton
K-
375 –
Surface
Sirtu –
Sub.
Base
Tanah dasar –
Sub. Grade
Secara umum pelapisan konstruksi jalan dapat juga digambarkan sebagai
berikut;
Aspal/ hotmix
Penetrasi /
stainslaag
Onderlaag
Pasir urung
padat
Tanah dasar
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir.Drs.Bochari,MM
MENGGAMBAR REKAYASA
· Kegiatan Pra Pondasi mencakup pekerjaan sebagai berikut;
- Uitzet atau pengukuran dan pembuatan patok batas tanah.
- Perataan muka tanah, karena permukaan tanah tidak bisa dipastikan rata.
- Pemasangan bouwplank/ papan piket dan patok peil sebagai pedoman
ketinggian muka lantai.
- Pembuatan pagar pengaman dilokasi pekerjaan, jika pembangunan yang
akan dikerjakan besar dan ada beberapa blok yang akan dibangun.
- Blok Plan dan Advice Planning hal yang sangat penting untuk diurus dan
dipersiapkan, sebab pengurusannya ke Suku Dinas Tata Kota, harus
diantisipasi dari awal pengurusan administrasinya, yang nantinya untuk
keperluan pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Untuk lebih rinci tahapan pengerjaan pada pekerjaan pra pondasi dapat
dijelaskan sebagai berikut, agar nanti pada saat mulai kepada pekerjaan galian
tanah pondasi dan pembuatan pondasinya dapat berjalan sesuai dengan gambar
rencana.
· Pekerjaan Pra Pondasi:
- Sebelum melakukan penggalian tanah pondasi umumnya kita melakukan
kegiatan perataan muka tanah, karena kontur muka tanah belum dapat
diartikan rata semua. Setelah muka tanah diratakan baru tahap persiapan
pekerjaan bouwplank kita tentukan dimana ketinggian papan piket harus
sesuai dengan peil lantai yang kita rencanakan sesuai dengan gambar
perencanaan.
- Pengertan bouplank, dibuat keperluannya untuk hal – hal sebagai berikut;
a. penentuan ketinggian peil lantai kurang lebih 0,00 dari muka tanah
(MT).
b. Membantu untuk “Kesibukan” bangunan yang akan didirikan.
c. Dapat membantu dalam pasangan dinding bata dari as. ke as.
- Pembuatan patok peil sebagai pedoman ketinggian lantai/ peil lantai kurang
lebih 0,00, jadi permukaan patok peil harus sama tinggi dengan permukaan
bouwplanknya.
- Antara bouwplank dan patok peil sama – sama punya fungsi yang sama,
didalam pelaksanaan suatu pekerjaan jika pekerjaan pengecoran beton sloof
selesai, maka bouwplank boleh dibuka/ dibongkar dengan catatan pada
tempat – tempat tertentu sudah diberi tanda dengan meni (▼) sebagai
pembatas. Untuk pasangan dinding bata dalam pengaturan tata ruang pada
denah bangunan yang sebang dibangun.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir.Drs.Bochari,MM
MENGGAMBAR REKAYASA
Gambar patok peil:
Peil lantai kurang
lebih 0,00
MT= Muka Tanah
Ketinggian patok peil berdasarkan dari patok peil yang dibuat oleh D.P.U dari
pedoman Peil Banjir dan setiap wilayah bervariasi tinggi atau rendahnya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir.Drs.Bochari,MM
MENGGAMBAR REKAYASA
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir.Drs.Bochari,MM
MENGGAMBAR REKAYASA
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir.Drs.Bochari,MM
MENGGAMBAR REKAYASA
- Pondasi dangkal:
· Pada umumnya pondasi dangkal ditempatkan untuk bangunan yang
sederhana atau bangunan tidak bertingkat bisa juga disebut bangunan
berlantai satu.
· Dimensi suatu pondasi ditentukan dari faktor pembebanannya dan juga
jenis tanahnya, pondasi merupakan bagian dari konstruksi bangunan
yang berfungsi sebagai pemikul atau menahan beban bangunan
keseluruhan.
· Pada dasarnya pembebanan bangunan dapat digambarkan sebagai
berikut;
a. Berat mati atau berat sendiri.
b. Berat/ beban hidup. Karena adanya penghuni / orang – orang
termasuk peralatan/ barang – barang yang ada dalam bangunan
tersebut.
c. Berat/ beban lateral, berat ini diakibatkan dari pengaruh angin dan
hujan serta akibat gempa bumi.
· Dalam perencanaan gambar konstruksi ada bagian – bagian komponen
konstruksi bangunan yang harus diperhatikan, prinsip – prinsip
keseimbangan struktur harus diperhaitkan dari besar momen yang terjadi
pada suatu bentuk struktur.
· Kegiatan pekerjaan podasi atau disebut sub. Structure, sedangkan bagian
konstruksi bangunan diatas MT (muka tanah) disebut upper structure.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir.Drs.Bochari,MM
MENGGAMBAR REKAYASA
Variant I. Variant II.
Pondasi dangkal pasangan batu kali 1 Pc:4 Ps
Disamping dengan dua jenis variant diatas, masih ada beberapa pondasi
dangkal sebagai berikut, dengan macam – macam bentuknya, yaitu;
a. Pondasi menerus
b. Pondasi setempat
c. Pondasi gabungan
d. Pondasi plat
- Pondasi menertus: (0,80 – 1,20 m) dari MT
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir.Drs.Bochari,MM

HIDROLIKA




HIDROLIKA merupakan satu topik dalam Ilmu terapan dan keteknikan yang berurusan dengan sifat-sifat mekanis fluida, yang mempelajari perilaku aliran air secara mikro maupun makro. Mekanika Fluida meletakkan dasar-dasar teori hidrolika yang difokuskan pada rekayasa sifat-sifat fluida. Dalam tenaga fluida, hidrolika digunakan untuk pembangkit, kontrol, dan perpindahan tenaga menggunakan fluida yang dimampatkan. Topik bahasan hidrolika membentang dalam banyak aspek sains dan disiplin keteknikan, mencakup konsep-konspen seperti aliran tertutup (pipa), perancangan bendungan, pompa, turbin, tenaga air, hitungan dinamika fluida, pengukuran aliran, serta perilaku aliran saluran terbuka seperti sungai dan selokan.
Kata Hidrolika berasal dari bahasa Yunani hydraulikos, yang merupakan gabungan dari hydro yang berarti air dan aulos yang berarti pipa.
Penemuan terkait di Romawi Kuno

Pada masa Romawi Kuno telah dikembangkan beragam penerapan hidrolika, mencakup penyediaan air untuk umum, sejumlah Aqueduct, kincir air, pertambangan hidrolis. Romawi Kuno termasuk golongan awal yang menggunakan prinsip siphon untuk membawa air melintasi lembah, serta menggunakan teknik tertentu bernama hushing dalam pertambangan. Mereka menggunakan timbal dalam sistem pemipaan untuk suplai domestik dan umum, semisal pemandian umum pada masa itu.
Inovasi pada Masa Kejayaan Islam

Pada masa kejayaan Islam, terobosan dalam mekanika fluida oleh fisikawan muslim semisal Abu Rayhan al-Biruni (973-1048) dan Al-Khazini (penemu keseimbangan hidrostatispada tahun 1121), menghantarkan berbagai inovasi di bidang hidrolika dari insinyur-Insinyur Arab dan para penemu. Kerajaan Arab telah menemukan sistem pengairan domestik semisal sistem pembilasan dan sistem transportasi air yang berdampak baik pada pertanian.

STRUKTUR BAJA

Keuntungan Baja sebagai Material Struktur Bangunan

     Di samping kekuatannya yang besar untuk menahan kekuatan tarik dan tekan tanpa membutuhkan banyak volume, baja juga mempunyai sifatsifat lain yang menguntungkan sehingga menjadikannya sebagai salah satu bahan bangunan yang sangat umum dipakai dewasa ini. Beberapa keuntungan baja sebagai material struktur antara lain:

Kekuatan Tinggi

     Dewasa ini baja bisa diproduksi dengan berbagai kekuatan yang bisa dinyatakan dengan kekuatan tegangan tekan lelehnya (Fy) atau oleh tegangan tarik batas (Fu). Bahan baja walaupun dari jenis yang paling rendah kekuatannya, tetap mempunyai perbandingan kekuatan per-volume lebih tinggi bila dibandingkan dengan bahan-bahan bangunan lainnya yang umum dipakai. Hal ini memungkinkan perencanaan sebuah konstruksi baja bisa mempunyai beban mati yang lebih kecil untuk bentang yang lebih panjang, sehingga. memberikan kelebihan ruang dan volume yang dapat dimanfaatkan akibat langsingnya profil-profil yang dipakai. 

Kemudahan Pemasangan 

     Semua bagian-bagian dari konstruksi baja bisa dipersiapkan di bengkel, sehingga satu-satunya kegiatan yang dilakukan di lapangan ialah kegiatan pemasangan bagian-bagian konstruksi yang telah dipersiapkan. Sebagian besar dari komponen-komponen konstruksi mempunyai bentuk standar yang siap digunakan bisa diperoleh di toko-toko besi, sehingga waktu yang diperlukan untuk membuat bagian-bagian konstruksi baja yang
telah ada, juga bisa dilakukan dengan mudah karena komponen-komponen baja biasanya mempunyai bentuk standar dan sifat-sifat yang tertentu, serta
mudah diperoleh di mana-mana. 

Keseragaman 

     Sifat-sifat baja baik sebagai bahan bangunan maupun dalam bentuk struktur dapat terkendali dengan baik sekali, sehingga para ahli dapat mengharapkan elemen-elemen dari konstruksi baja ini akan berperilaku sesuai dengan yang diperkirakan dalam perencanaan. Dengan demikian bisa dihindari terdapatnya proses pemborosan yang biasanya terjadi dalam perencanaan akibat adanya berbagai ketidakpastian.

Daktilitas

     Sifat dari baja yang dapat mengalami deformasi yang besar di bawah pengaruh tegangan tarik yang tinggi tanpa hancur atau putus disebut sifat daktilitas. Adanya sifat ini membuat struktur baja mampu mencegah terjadinya proses robohnya bangunan secara tiba-tiba. Sifat ini sangat menguntungkan ditinjau dari aspek keamanan penghuni bangunan bila terjadi suatu goncangan yang tiba-tiba seperti misalnya pada peristiwa gempa bumi. Di samping itu keuntungan-keuntungan lain dari struktur baja, antara lain adalah:
− Proses pemasangan di lapangan berlangsung dengan cepat.
− Dapat di las.
− Komponen-komponen struktumya bisa digunakan lagi untuk keperluan lainnya.
− Komponen-komponen yang sudah tidak dapat digunakan lagi masih mempunyai nilai sebagai besi tua.
− Struktur yang dihasilkan bersifat permanen dengan cara pemeliharaan yang tidak terlalu sukar. 
Selain keuntungan-keuntungan tersebut bahan baja juga mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
− Komponen-komponen struktur yang dibuat dari bahan baja perlu diusahakan supaya tahan api sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk bahaya kebakaran.
− Diperlukannya suatu biaya pemeliharaan untuk mencegah baja dari bahaya karat.
− Akibat kemampuannya menahan tekukan pada batang-batang yang langsing, walaupun dapat menahan gaya-gaya aksial, tetapi tidak bisa mencegah terjadinya pergeseran horisontal

6.1.2. Sifat Mekanis Baja

Menurut SNI 03–1729–2002 tentang TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG Sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan harus memenuhi persyaratan minimum yang diberikan pada Tabel 6.1. ô€‚ƒ Tegangan leleh Tegangan leleh untuk perencanaan (f y) tidak boleh diambil melebihi nilai yang diberikan Tabel 6.1. ô€‚ƒ Tegangan putus Tegangan putus untuk perencanaan (fu) tidak boleh diambil melebihi nilai yang diberikan Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Sifat mekanis baja struktural
Sifat-sifat mekanis lainnya, Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan sebagai berikut:
Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa
Modulus geser        : G = 80.000 MPa
Nisbah poisson       : μ = 0,3
Koefisien pemuaian : á = 12 x 10 -6 / o C
     Bentuk elemen baja sangat dipengaruhi oleh proses yang digunakan untuk membentuk baja tersebut. Sebagian besar baja dibentuk oleh proses hot-rolling (penggilingan dengan pemanasan) atau cold-forming (pembentukan dengan pendinginan). Penggilingan dengan pemanasan (hot-rolling) adalah proses pembentukan utama di mana bongkahan baja yang merah menyala secara besar-besaran digelindingkan di antara beberapa kelompok penggiling. Penampang melintang dari bongkahan yang ash biasanya dicetak dari baja yang baru dibuat dan biasanya berukuran sekitar 0,5 m x 0,5 m persegi, yang akibat proses penggilingan ukuran penampang melintang dikurangi menjadi lebih kecil dan menjadi bentuk yang tepat dan khusus.
Batasan bentuk penampang melintang yang dihasilkan sangat besar dan masing-masing bentuk memerlukan penggilingan
akhir tersendiri. Bentuk penampang melintang I dan H biasanya digunakan untuk elemenelemen besar yang membentuk balok       
dan kolom pada rangka struktur. Bentuk kanal dan siku cocok untuk elemen-elemen kecil seperti lapisan tumpuan sekunder dan sub-elemen pada rangka segitiga. Bentuk penampang persegi, bulat, dan persegi empat yang berlubang dihasilkan dalam batasan ukuran yang luas dan digunakan seperti halnya pelat datar dan batang solid dengan berbagai ketebalan. Perincian ukuran dan geometri yang dimiliki seluruh penampang standar didaftarkan dalam tabel penampang yang dibuat oleh pabrik baja.
Pembentukan dengan pendinginan (cold-forming) adalah metode lain yang digunakan untuk
membuat komponen-komponen baja dalam jumlah yang besar. Dalam proses ini, lembaran baja tipis datar yang telah dihasilkan dari proses peng-gilingan dengan pemanasan dilipat
atau dibengkokkan dalam keadaan dingin untuk membentuk penampang melintang struktur
(Gambar 6.3).
Elemen-elemen yang dihasilkan dari proses ini mempunyai karakteristik yang serupa dengan penampang yang dihasilkan dari proses penggilingan dengan pemanasan.
Sisi paralel elemen-elemen tersebut memiliki penampang yang tetap, tetapi
ketebalan logam tersebut berkurang sehingga elemen-elemen tersebut lebih
ringan, dan tentunya memiliki kapasitas muat beban yang lebih rendah.
Bagaimanapun, proses-proses tersebut memungkinkan pembuatan bentuk
penampang yang sulit.
Satu hal lain yang membedakan proses-proses tersebut adalah bahwa peralatan yang digunakan untuk proses pencetakan dengan pendinginan lebih sederhana dan dapat digunakan untuk menghasilkan penampang melintang yang bentuknya disesuaikan untuk penggunaan yang khusus. Karena penampang yang dibentuk dengan pendinginan memiliki kapasitas muat yang rendah, maka penampang ini terutama digunakan untuk elemen sekunder pada struktur atap, seperti purlin, dan untuk sistem lapisan tumpuan. Potensi elemen-elemen tersebut untuk perkembangan di masa yang akan datang sangat besar. 
     Komponen struktur baja dapat juga dihasilkan dengan pencetakan, yang dalam kasus yang sangat kompleks memungkinkan pembuatan bentuk penampang yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, teknik ini bermasalah ketika digunakan untuk komponen struktur, yang disebabkan oleh kesulitan untuk menjamin mutu cetakan yang baik dan sama di keseluruhan bagian.
     Fungsi struktur merupakan faktor utama dalam penentuan konfigurasi struktur. Berdasarkan konfigurasi struktur dan beban rencana, setiap elemen atau komponen dipilih untuk menyangga dan menyalurkan beban pada keseluruhan struktur dengan baik. Batang baja dipilih sesuai standar yang ditentukan oleh American Institute of Steel Construction (AISC) juga diberikan oleh American Society of Testing and Materials (ASTM). Pengelasan memungkinkan penggabungan plat dan/atau profil lain untuk mendapatkan suatu profil yang dibutuhkan oleh perencana atau arsitek.
     Penampang yang dibuat dengan penggilingan panas, seperti diperlihatkan pada Gambar 6.4. Penampang yang paling banyak dipakai ialah profil sayap lebar (wide-flange) [Gambar 6.4(a)] yang dibentuk dengan penggilingan panas dalam pabrik baja. Ukuran profil sayap lebar ditunjukkan oleh tinggi nominal dan berat per kaki (ft), seperti W18 X 97 mempunyai tinggi 18 in (menurut AISC Manual tinggi sesungguhnya = 18,59 in) dan berat 97 pon per kaki. (Dalam satuan SI, penampang W18 X 97 disebut sebagai W460 x 142 yang tingginya 460 mm dan massanya 142 kg/m).
     Balok Standar Amerika [Gambar 6.4(b)] yang biasanya disebut balok I memiliki sayap (flange) yang pendek dan meruncing, serta badan yang tebal dibanding dengan profil sayap lebar. Balok I jarang dipakai dewasa ini karena bahan yang berlebihan pada badannya dan kekakuan lateralnya relatif kecil (akibat sayap yang pendek). Kanal [Gambar 6.4(c)] dan siku [Gambar 6.4(d)] sering dipakai baik secara tersendiri atau digabungkan dengan penampang lain. Kanal misalnya ditunjukkan dengan C12 X 20,7, yang berarti tingginya 1.2 in dan beratnya 20,7 pon per kaki. Siku diidentifikasi oleh panjang kaki (yang panjang ditulis
lebih dahulu) dan tebalnya, seperti, L6 X 4 X 3 Profil T struktural [Gambar 6.4(e)] dibuat dengan membelah dua profil sayap lebar atau balok I dan biasanya digunakan sebagai batang pada rangka batang (truss). Profil T misaInya diidentifikasi sebagai WT5 X 44, dengan 5 adalah tinggi nominal dan 44 adalah berat per kaki; profil T ini didapat dari W10 X 88, Penampang pipa [Gambar 6.4(f)] dibedakan atas "standar", "sangat kuat", dan "dua kali sangat kuat" sesuai dengan tebalnya dan juga dibedakan atas diameternya; misalnya, diameter 10 in-dua kali sangat kuat menunjukkan. ukuran pipa tertentu. Boks struktural [Gambar 6.4(g)] dipakai bila dibutuhkan penampilan arsitektur yang menarik dengan baja ekspos. Boks ditunjukkan dengan dimensi luar dan tebalnya, seperti boks struktural 8 X 6 X 1/4. 
Banyak profil lainnya dibentuk dalam keadaan dingin (cold-formed) dari bahan plat dengan tebal tidak lebih dari 1 in, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6.5 dan Gambar 6.6. Beberapa keuntungan baja profil dingin antara lain:
− Lebih ringan
− Kekuatan dan kakuan yang tinggi
− Kemudahan pabrikasi dan produksi masal
− Kecepatan dan kemudahan pendirian
− Lebih ekonomis dalam pengangkutan dan pengelolaan
Baja profil keadaan dingin dapat diklasifikasikan menjadi:
− elemen struktur rangka individu (Gambar 6.5)
− lembaran-lembaran panel dan dek (Gambar 6.6)

Standar Nasional Indonesia

Menurut SNI 03 – 1729 – 2002 tentang TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG, semua baja struktural sebelum ifabrikasi, harus memenuhi ketentuan berikut ini: 
− SK SNI S-05-1989-F: Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan dari Besi/baja);
− SNI 07-0052-1987: Baja Kanal Bertepi Bulat Canai Panas, Mutu dan Cara Uji;
− SNI 07-0068-1987: Pipa Baja Karbon untuk Konstruksi Umum, Mutu dan Cara Uji;
− SNI 07-0138-1987: Baja Kanal C Ringan;
− SNI 07-0329-1989: Baja Bentuk I Bertepi Bulat Canai Panas, Mutu dan Cara Uji;
− SNI 07-0358-1989-A: Baja, Peraturan Umum Pemeriksaan;
− SNI 07-0722-1989: Baja Canai Panas untuk Konstruksi Umum;
− SNI 07-0950-1989: Pipa dan Pelat Baja Bergelombang Lapis Seng;
− SNI 07-2054-1990: Baja Siku Sama Kaki Bertepi Bulat Canai Panas, Mutu dan Cara Uji; 
− SNI 07-2610-1992: Baja Profil H Hasil Pengelasan dengan Filter untuk Konstruksi Umum;
− SNI 07-3014-1992: Baja untuk Keperluan Rekayasa Umum;
− SNI 07-3015-1992: Baja Canai Panas untuk Konstruksi dengan Pengelasan;
− SNI 03-1726-1989: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung.

6.3. Konsep Sambungan Struktur Baja


6.3.1. Sistem Struktur dengan Konstruksi Baja

     Hampir semua sistem konstruksi baja berat terbuat dari elemenelemen linear yang membentang satu arah. Berbagai penampang baja profil dengan flens lebar yang tersedia dalam berbagai ukuran dapat digunakan. Banyaknya ukuran penampang ini memungkinkan fleksibilitas dalam desain elemen balok-dan-kolom. Meskipun hubungan sederhana (sendi) umumnya digunakan pada sistem ini, kita dapat dengan mudah membuat titik hubung yang mampu memikul momen. Struktur rangka yang titik-titik hubungnya mampu memikul momen, mempunyai tahanan terhadap beban lateral cukup besar. Kestabilan lateral juga dapat ditingkatkan dengan menggunakan dinding geser atau elemen pengekang diagonal.

BALOK


Bentuk sayap lebar biasanya digunakan sebagai elemen yang membentang secara horizontal [lihat Gambar 6.7(a)]. Interval bentang yang mungkin untuk elemen ini sangat lebar. Elemen ini biasanya ditumpu sederhana kecuali apabila aksi rangka diperlukan untuk menjamin stabilitas, di mana hubungan yang mampu memikul momen digunakan. Bentuk-bentuk lain, seperti kanal, kadang-kadang digunakan untuk memikul momen, tetapi biasanya terbatas pada beban ringan dan bentang pendek.

GIRDER PLAT


Girder plat adalah bentuk khusus dari balok dengan penampang tersusun [Iihat Gambar 6.7(d)], Elemen ini dapat dirancang untuk berbagai macam beban maupun bentang yang dibutuhkan. Elemen struktur ini sangat berguna apabila beban yang sangat besar harus dipikul oleh bentang menengah. Elemen ini sering digunakan, misalnya sebagai elemen penyalur beban utama yang memikul beban kolom pada bentang bersih.


KONSTRUKSI KOMPOSIT

Banyak sistem struktural yang tidak dapat dikelompokkan secara mudah menurut material yang digunakan. Sistem balok komposit seperti terlihat pada Gambar 6.7(c) sering kita jumpai. Dalam hal ini, baja adalah bagian yang diletakkan pertama kali, kemudian beton dicor di sekitar penghubung geser (shear connectors) di atas balok baja. Adanya penghubung geser tersebut menyebabkan balok baja dan beton di atasnya bekerja secara integral. Dengan demikian terbentuk  enampang T dengan baja sebagai bagian yang mengalami tarik, dan beton yang mengalami tekan.

RANGKA BATANG DAN JOIST BATANG TERBUKA

     Merupakan variasi tak hingga dari konfigurasi rangka batang yang mungkin digunakan. Rangka batang dapat juga dibuat atau dirancang secara khusus untuk bentang dan beban yang sangat besar. Joist web terbuka yang merupakan produksi besar-besaran [lihat Gambar 6.7(b)], dapat digunakan baik untuk sistem lantai maupun atap. Elemen ini umumnya relatif ringan dan terdistribusi merata. Joist web terbuka umumnya ditumpu sederhana, tetapi bila diperlukan dapat dibuat hubungan kaku. Pada sistem yang sama dapat digunakan joist web terbuka dan flens lebar yang mempunyai titik hubung yang dapat memikul momen
sehingga kita mendapat aksi rangka yang dapat menahan beban lateral.


PELENGKUNG

     Pelengkung kaku dengan berbagai bentuk dapat dibuat dari baja. Pelengkung yang telah dibuat di luar lokasi (prefabricated) dan telah tersedia untuk bentang kecil sampai menengah. Telah ada pelengkung yang dirancang secara khusus dan mempunyai bentang sangat panjang [misalnya bentang 300 ft (90 m) atau lebih]. Pelengkung baja dapat dibuat dari penampang masif atau dinding terbuka. 


CANGKANG

     Banyak bentuk cangkang yang menggunakan baja. Masalah utama dalam penggunaan baja untuk memperoleh permukaan berkelengkungan ganda adalah memuat bentuk dari elemen-elemen garis. Pada kubah,misalnya, baik pendekatan dengan rusuk atau geodesik adalah mungkin. Dek baja ringan yang erdimensi kecil umumnya digunakan untuk membentuk permukaan terluarnya. Pada situasi bentang kecil, permukaan baja melengkung dapat dibuat dengan menekan lembaran baja secara khusus agar serupa dengan cara yang digunakan dalam membuat bentuk baja berkelengkungan tunggal maupun ganda pada badan mobil.

STRUKTUR KABEL

Baja adalah satu-satunya material yang dapat digunakan sebagai struktur kabel. Bentuk struktur kabel yang dapat dibuat tak hingga banyaknya. Kabel dapat digunakan untuk atap permanen yang permukaan penutupnya dapat berupa elemen rangka datar kaku atau permukaan membran. 


UKURAN ELEMEN

Gambar 6.8 mengilustrasikan batas-batas perbandingan tinggi bentang untuk beberapa sistem struktur baja yang umum digunakan. Kolom baja struktural umumnya mempunyai perbandingan tebal-tinggi bervariasi antara 1 : 24 dan 1 : 9, yang tergantung pada beban dan tinggi kolom.Keseluruhan kemungkinan bentang yang dapat dicapai dari beberapa sistem terangkum dalam gambar 6.9.
Setiap struktur adalah gabungan dari bagian-bagian tersendiri atau batang-batang yang harus disambung bersama (biasanya di ujung batang) dengan beberapa cara. Sambungan terdiri dari komponen sambungan (pelat pengisi, pelat buhul, pelat pendukung, dan pelat penyambung) dan alat pengencang (baut dan las).